Visite me @ PORTAL SEO

Senin, 26 Januari 2009

CINTA bagai menunggu BIS


Cinta itu sama seperti orang yang menunggu bis. Sebuah bis datang, dan kamu bilang, "Wah.. terlalu penuh, sumpek, bakalan nggak bisa duduk nyaman neh !
Aku tunggu bis berikutnya aja deh."
Kemudian, bis berikutnya datang. Kamu melihatnya dan berkata, "Aduh bisnya kurang asik nih, nggak bagus lagi.. nggak mau ah.."
Bis selanjutnya datang, cool dan kamu berminat, tapi seakan-akan dia tidak melihatmu dan lewat begitu saja.
Bis keempat berhenti di depan kamu. Bis itu kosong, cukup bagus, tapi kamu bilang, "Nggak ada AC nih, bisa kepanasan aku". Maka kamu membiarkan bis keempat itu pergi.
Waktu terus berlalu, kamu mulai sadar bahwa kamu bisa terlambat pergi ke kantor.
Ketika bis kelima datang, kamu sudah tak sabar, kamu langsung melompat masuk ke dalamnya. Setelah beberapa lama, kamu akhirnya sadar kalau kamu salah menaiki bis. Bis tersebut jurusannya bukan yang kamu tuju ! Dan kau baru sadar telah menyiakan waktumu sekian lama.
Moral dari cerita ini: sering kali seseorang menunggu orang yang benar-benar 'ideal' untuk menjadi pasangan hidupnya. Padahal tidak ada orang yang 100% memenuhi keidealan kita. Dan kamu pun sekali-kali tidak akan pernah bisa menjadi 100% sesuai keinginan dia.
Tidak ada salahnya memiliki 'persyaratan' untuk 'calon', tapi tidak ada salahnya juga memberi kesempatan kepada yang berhenti di depan kita.
Tentunya dengan jurusan yang sama seperti yang kita tuju. Apabila ternyata memang tidak cocok, apa boleh buat.. tapi kamu masih bisa berteriak 'Kiri' ! dan keluar dengan sopan.
Maka memberi kesempatan pada yang berhenti di depanmu, semuanya bergantung pada keputusanmu. Daripada kita harus jalan kaki sendiri menuju kantormu, dalam arti menjalani hidup ini tanpa kehadiran orang yang dikasihi.
Cerita ini juga berarti, kalau kebetulan kamu menemukan bis yang kosong, kamu sukai dan bisa kamu percayai, dan tentunya sejurusan dengan tujuanmu, kamu dapat berusaha sebisamu untuk menghentikan bis tersebut di depanmu, agar dia dapat memberi kesempatan kepadamu untuk masuk ke dalamnya. Karena menemukan yang seperti itu adalah suatu berkah yang sangat berharga dan sangat berarti. Bagimu sendiri, dan bagi dia.
Lalu bis seperti apa yang kamu tunggu ???

Kamis, 15 Januari 2009

JODOH DAN PRANIKAH


1. Patujolo
Mencari pasangan hidup bukanlah sesuatu yang dapat dipandang remeh. Pilihan terhadap pasangan hidup akan berdampak lama, yakni seumur hidup dan cakupannya amat luas, baik terhadap diri sendiri, terhadap keluarga, pekerjaan, pelayanan, dan sebagainya. Itu berarti bahwa dibutuhkan langkah yang tepat dan benar, penuh per-timbangan yang berdasarkan firman Allah. Dalam tulisan ini kita akan belajar mengenal kehendak Allah sekaligus mengerti sejauh mana tanggung jawab kita atas pasangan hidup yang kita inginkan.


2. Kehendak Allah

2.1. Pentingnya Kehendak Allah
Mengenal kehendak Allah sangat penting dalam kehidupan setiap orang percaya. Mengapa sangat penting bagi kita untuk mengenal kehendak Allah, ter-masuk dalam memilih pasangan hidup kita?
• Karena kita adalah milik-Nya (1 Kor 6.19-20);

• Mengenal kehendak Allah merupakan perintah, dan syaratnya adalah memiliki hidup yang “hidup, kudus, dan berkenan kepada Allah (Roma 12.2);

• Kerinduan mengenal kehendak Allah adalah ciri manusia baru (Efs 5:17).
2.2. Cara Mengenal Kehendak Allah



Untuk dapat mengenal kehendak Allah ada beberapa cara:

(a) Prinsip Firman Allah – Allah tidak pernah menyatakan kehendak-Nya di luar dari apa yang telah difirmankan-Nya dalam Alkitab. Jika firman-Nya ada di dalam kita dengan limpah, maka kita akan mengenal kehendak-Nya, termasuk menyangkut pasangan hidup. Misalnya:
• Pasangan hidup haruslah berlainan jenis (Kej 1.27);
• Allahlah yang berprakarsa dalam lembaga pernikahan (Kej 2.18);
• Waktu Allahlah yang paling tepat (Pengkh 3.11);
• Kesepadanan dalam iman, pelayanan, dan panggilan (Kej 2.18);
• Berpacaran dalam kekudusan (1 Pet 1.15-16);
• Allah membenci perceraian (Mal 2.15-16).


(b) Hubungan Intim dengan Allah – Di samping bersekutu dengan firman, kita perlu bersekutu dengan pribadi Allah Bapa kita dan belajar men-dengar suara-Nya. Doa adalah komunikasi dua arah antara kita dengan Allah. Ia akan menuntun kita oleh Roh Kudus-Nya di hati kita kepada siapa yang akan menjadi pasangan hidup kita. Ini membutuhkan latihan dan ketekunan (Kej 5.21-23).

(c) Nasihat Rohani – Bisa pula kita meminta nasihat rohani kepada rohani-wan yang memiliki kemampuan konseling dengan baik. Hamba-hamba Tuhan memang bertugas untuk mengajar umat agar hidup melakukan kehendak Allah (Roma 15.18).

(d) Beberapa Konfirmasi – Untuk lebih dapat memiliki kemantapan hati, kita boleh meminta beberapa konfirmasi dari Tuhan, yaitu semacam tanda. Hanya saja cara ini membutuhkan pertimbangan matang, kepekaan dan ketaatan. Dalam meminta konfirmasi Tuhan tidak ada sesuatu yang ber-sifat “kebetulan”. Contoh yang amat jelas dalam Alkitab adalah ketika Ishak mencari pasangan hidup dan akhirnya menemukan Ribka oleh pertolongan hambanya, yaitu Eliezar (Kej 24).



3. Pilihan Manusia
Jika kita sudah datang kepada Tuhan untuk memohon kehendak-Nya, maka iman kita kepada-Nya harus disertai dengan tindakan. Iman tanpa perbuatan adalah mati (Yak 2.26). Allah Bapa kita tidak pernah langsung mengirimkan seseorang menjadi pasangan hidup kita tanpa melibatkan kita yang terkait di dalamnya.

Kita diberi kehendak bebas untuk memilih apa yang terbaik bagi kita, tetapi tetap yang sesuai dengan kehendak-Nya. Kita diberi kebebasan untuk memilih pasangan hidup berdasarkan: temperamen dan karakternya, status sosial ekonominya, etnis dan budaya-nya. Beberapa pedoman dalam memilih pasangan hidup antara lain:
(a) Jangan membuat kriteria berlebihan, yang tidak sesuai dengan kondisi diri sendiri. Ingat bahwa iman dan nekad amat tipis bedanya.
(b) Jangan memilih yang “tepat sama” dengan diri kita karena itu tidak mungkin dan justru merugikan kita. Perhatikan perbedaan antara “gas” dan “rem”.
(c) Perhatikan bahwa perbedaan yang terlalu lebar akan menimbulkan masalah tersendiri, misalnya berkaitan dengan usia, pendidikan, status sosial ekonomi, budaya, dsb.
(d) Jangan takut kepada rival atau competitor, jika itu dari Tuhan pasti akan tetap menjadi pasangan hidup kita.
(e) Agresivitas perlu tapi tetap memperhatikan budaya Timur.
(f) Adakan pula pendekatan dengan keluarganya. Mereka bisa ikut memberikan rekomendasi terhadap kita dan bagi kita.
(g) Tampil jujur, tulus, apa adanya; hati-hati dengan kamuflasi diri.


4. Masa Perkenalan
Apabila seseorang telah menemukan calon pasangan hidupnya, yaitu hasil per-gumulannya dengan Tuhan, dan ia yakin bahwa Tuhanlah yang mempertemukan dirinya dengan si dia, maka mereka berdoa pun masuk ke dalam masa berpacaran.

Masa berpacaran adalah masa di mana sepasang sejoli dapat saling mengenal lebih dalam tentang kepribadian masing-masing. Mereka mulai belajar untuk saling terbuka – dari hati ke hati – sekalipun tetap masih ada hal-hal yang harus disembunyi-kan. Sering kali suasana berpacaran menjadi rusak karena salah satu atau keduanya tidak dapat saling menjaga dan kehilangan kendali. Apa saja yang harus saling dijaga dalam berpacaran?



4.1. Menjaga Pembicaraan

Biasanya hal-hal yang dibicarakan selama berpacaran akan melekat lama men-jadi kenangan dalam hati dan pikiran masing-masing pribadi. Perlu diingat bahwa kita tetap harus melibatkan Tuhan di saat berpacaran. Ia adalah Allah yang Maha-tahu dan Mahakudus. Kita harus menjaga lidah kita, karena jika tidak terkendali dengan baik, maka lidah bisa mendatangkan malapetaka dalam hidup kita (Yak 3. 9-10).

(a) jaga isi pembicaraan, jangan ada kata-kata kotor, hinaan, umpatan, gerutu, fitnah, dsb (Kol 3.8);
(b) jangan ada dusta, belajarlah untuk jujur dan terbuka apa adanya (Yoh 8.44);
(c) hati-hati ketika mengucapkan janji; tak ada satu pun di antara kita yang dapat memastikan 100% apa yang akan terjadi esok (Yak 4.15);
(d) belajarlah memberikan pujian secara jujur (Kid. 4-5)


Sebagai murid Kristus, pembicaraan haruslah penuh kasih dan menjadi berkat, termasuk dalam berpacaran (Kol. 4:6; 1 Tim. 4:12).


4.2. Menjaga Kekudusan
Hal kedua yang harus dijaga adalah kekudusan hidup, yaitu masalah seksua-litas. Cara berpacaran kita tidak boleh sama seperti dunia ini, yaitu mengadakan “uji coba” dalam seksualitas, seperti orang “membeli barang” (Roma 12.2). Seks sebelum dan di luar nikah adalah dosa perzinahan dan dosa percabulan. Hati-hati dengan tipuan Iblis yang menyatakan bahwa seks selama berpacaran adalah “ungkapan kasih.” Kasih sejati melekat dengan kebenaran dan kekudusan. Inilah beberapa tips agar kita dapat menjaga kekudusan selama berpacaran:

(e) berdoalah sebelum berjumpa dengan sang pacar;
(f) usahakan berpacaran di tempat yang terang benderang, dan tidak terlalu sepi. Hati-hati dengan suasana romantis dalam berpacaran;
(g) gunakan pakaian yang sopan, jangan mengundang pencobaan;
(h) jangan membangkitkan birahi sebelum diingininya, misalnya dengan petting, karena wanita akan menuntut progresifitas (Kid. 8.4);
(i) jangan takut menolak pasangan yang meminta melakukan sesuatu yang merusak kekudusan.


5. Penutup

Allah mempunyai rencana dalam hidup kita. Salah satu tujuan hidup yang telah ditetapkan bagi kita adalah agar kita menyenangkan hati-Nya. Perjodohan merupakan hal yang sangat serius, sehingga kita harus banyak menggumulinya bersama Allah. Jangan hancuirkan segala rencana Allah dalam hidup kita hanya karena kesembronoan kita.

Menghindari Salah Pilih Pasangan




Salah satu problema besar bagi anak-anak muda zaman sekarang adalah dalam memilih pasangan hidup. Mengapa tema ini begitu penting, tentu saja banyak alasan yang melatar belakangi. Mendapatkan pasangan yang tepat, akan membuat seorang anak muda memiliki rumah tangga yang “home sweet home.” Pasangan yang tepat akan membuat hidup semakin indah sehingga akan membuat seseorang bergairah dalam menjalaninya. Pasangan yang tepat akan saling membangun dalam kerohanian. Akibatnya, rumah tangga tersebut akan menjadi semakin kuat dan kokoh dalam menghadapi berbagai macam gelombang dan riak-riak kehidupan.

Berbeda bila mendapat pasangan yang tidak tepat bahkan tidak seiman. Rumah tangga akan oleng, karena adanya dua iman. Akhirnya anak-anak yang dilahirkan akan harus saling memilih agama, antara yang dianut ayah dan yang dipeluk ibunya. Pasangan yang salah akan membuat hidup perkawinan serasa “neraka.” Akibatnya tidak bergairah lagi dalam menjalani kehidupan rumah tangga. Ujung-ujungnya, dapat menghancurkan perkawinan tersebut.

Untuk menghindari tragedi tersebut, ada beberapa tips dari Neil Warren, seorang pakar perkawinan yang dapat dipelajari untuk menghindari kesalahan dalam memilih pasangan hidup.

Jangan menikah terlalu muda

Tunggulah untuk menikah sampai Anda mengenal diri sendiri dengan baik dan sampai Anda mengenal dengan baik pula tipe orang yang akan menjadi pasangan hidup Anda. Tunggulah sampai Anda merasa matang dan dewasa dalam kerohanian, mentalitas dan materi. Jangan memaksakan diri untuk menikah hanya karena telah sama-sama merasa saling mencintai. Itu belum cukup.

Perkawinan adalah kehidupan panjang yang tidak hanya melibatkan cinta, tetapi juga mencakup banyak aspek. Seperti materi (kesiapan tempat tinggal, perabot rumah dsb), hubungan dengan lingkungan tetangga dan sebagainya. Lihatlah pada sinetron “pernikahan dini,” yang dibintangi Agnes Monica, bagaimana susahnya pasangan yang menikah di usia yang terlalu muda.

Oleh karena itu, saat yang tepat untuk memulai pernikahan adalah di usia pertengahan dua puluhan. Karena pada umur-umur ini, seorang pria biasanya telah menamatkan kuliahnya dan telah bekerja, demikian juga dengan kaum wanita.

Jangan terlalu berhasrat untuk menikah

Jangan biarkan orang lain yang terlalu bersemangat mendorong Anda ke dalam pernikahan. Maksudnya, jangan sampai pernikahan terjadi karena dorongan dan paksaan teman, dan bukan karena keyakinan dan kesiapan diri sendiri. Ada sebuah prinsip, hubungan yang lebih lama akan menghasilkan pernikahan yang lebih sehat dan konsisten.

Mengapa? Karena semakin lama bergaul dengan seseorang, akan membuat kita lebih mengenal karakter, watak dan sifat-sifatnya. Dengan begitu, kita akan siap dan tahu bagaimana menangani bila suatu saat terjadi konflik. Yakinlah lebih dulu dengan diri Anda sendiri. Renungkan dan pikirkan seksama dengan pikiran yang jernih. Dengan demikian, dapat diharapkan keputusan yang diambil untuk menikah merupakan keputusan yang lahir dari kesiapan dan kematangan Anda dan pasangan.

Jangan memilih pasangan untuk menyenangkan seseorang yang lain

Andalah orang yang akan beruntung atau menderita karena pilihan pernikahan selama seumur hidup. Terapkan prinsip kehati-hatian. Jangan menikah hanya karena ingin menyenangkan seseorang tertentu. Seperti ingin menyenangkan orang tua, maupun teman. Ingat, yang menikahlah yang akan menanggung konsekuensi dari pernikahannya, bukan orang-orang lain tersebut. Karena itu, jadilah bijak.

Segala sesuatu dapat dikompromikan. Terkadang orang tua ingin memaksakan kehendak pada anak-anak mereka bertalian dengan calon pasangan hidupnya. Jika hal itu yang terjadi, coba bicarakan baik-baik dengan orang tua. Berikan alasan-alasan yang melatar belakangi pilihan Anda. Jangan lupa juga berdoa, memohon agar Allah turut campur tangan. Kami yakin, pada akhirnya hasil terbaiklah yang akan tercapai. Hubungan dengan orang tua pun akan tetap baik. Ora et labora.

Jangan menikah dengan pengharapan-pengharapan yang tidak realistis

Pernikahan membutuhkan kerja keras. Jangan izinkan diri Anda mengharap terlalu banyak dari pernikahan Anda. Jangan berharap akan dapat merubah sifat buruk pacar Anda jika sudah menikah. Seorang wanita yang sering dianiaya suaminya mengisahkan, dia tadinya berharap akan dapat mengubah tabiat buruk pacarnya tersebut dengan kasih yang dia tunjukkan. Namun apa yang terjadi? Perkawinannya dirasa bagaikan neraka, karena pria tersebut tetap saja menganiaya dirinya saat mereka terlibat konflik.

Pepatah mengatakan sedia payung sebelum hujan. Berpikirlah realistis. Kenyataan-kenyataan mengenai sifat dan watak pacar Anda tidak akan banyak berubah di saat menikah nanti. Kecuali Allah menjamah hidupnya dan membarui wataknya dengan sifat-sifat Kristus (Gal 5:22-23).

Jangan menikah dengan seseorang sampai Anda mengenal dia dalam banyak hal dan situasi yang berbeda (bervariasi)

Anda dapat membuat prediksi yang jauh lebih tepat tentang seberapa banyak Anda akan menikmati pernikahan dengan seseorang jika dasar pengalaman Anda bersamanya cukup luas. Jangan hanya senang jika bertemu dengannya dalam keadaan happy dan suasana menyenangkan saja. Tetapi usahakan untuk terlibat dengannya dalam keadaan yang lain. Misalnya saat dia sedang emosional, sedang bersedih, sedang tidak mempunyai uang maupun situasi-situasi yang lain. Hal itu akan membuat Anda akan mengenal dirinya dengan lebih baik lagi.

Hal itu akan menjadi bekal yang sangat berguna di dalam membuat keputusan untuk menikah atau tidak dengan dia. Sebab itu, jangan terburu-buru untuk menikah dengannya. Let it flow. Jalani saja dulu hubungan kasih yang telah terjalin. Waktulah yang akan menentukan pada saatnya nanti.

Jangan menikah dengan siapapun yang mempunyai masalah kepribadian

Masalah-masalah kepribadian ini tidak mudah lenyap setelah masuk dalam pernikahan. Pada kenyataannya seringkali malah menjadi lebih buruk. Jika masalahnya bisa ditangani, yakinlah hal tersebut selesai ditangani sebelum Anda menikah. Lebih baik mencegah daripada mengobati bunyi sebuah slogan kesehatan. Lebih ditangani sejak sekarang daripada menyesal sesudah masuk dalam pernikahan.

Allah membenci perceraian (Matius 19:1-8). Jangan alasan kepribadian ini membuat Anda merasa boleh bercerai dengan pasangan Anda dalam pernikahan nanti. Jika memang sejak masa pacaran, tidak ada harapan untuk perubahan sifat dari diri pacar Anda, lebih baik di diputuskan sejak sekarang. God bless.