Visite me @ PORTAL SEO

Minggu, 14 Oktober 2012

Tips Untuk Baterai Gadget



Kita sering bingung tentang baterai pada gadget kita, Salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah cara menjaga baterai Handphone/gadget secara maksimal, cara charging untuk mempertahankan kondisi / umur baterai. Nah, disini saya akan berbagi sedikit tentang baterai.
Lithium-ion “Li-ion” Battery
Ada dua jenis baterai yaitu Nickel-metal hydride (NiMH) dan Lithium-ion (Li-ion) dipasaran. Handphone dulu pernah menggunakan baterai NiMH namum sekarang semua gadget sudah memakai jenis baterai Li-ion. Saya disini hanya membahas cara menjaga power baterai Li-ion.
Banyak user bingung dan salah mengerti bahwa power baterai harus di kosongkan sebelum di charge. Itu salah karena Lithium-Ion batteries tidak punya “memory” effect yang ada di baterai NiMH.
Berikut tips untuk baterai gadget baru yang anda baru beli:
  1. Pada saat anda pertama mendapatkan Gadget baru, charge baterai secara penuh sampai full 100%. Tidak ada efek samping overcharging karena baterai Gadget tidak bisa di overcharge. Biasanya charging awal menggunakan waktu 2-4 jam dengan charger ori Gadget tersebut. Kadang, baterai baru dikotak bisa saja sudah tercharge 100%, jadi tidak usah tambah charge lagi.
  2. Li-ion Batteri TIDAK perlu dilakukan “conditioning” seperti battery lama yang perlu di habiskan / kosongkan battery lalu di charge penuh selama 3 kali.
Tips Charging Baterai Selanjutnya
  1. Karena Li-ion baterai tidak perlu di tunggu sampai kosong untuk dicharge, anda bisa selalu charge baterai anda kapan saja.
  2. Setelah setiap 30 charging, baru kosongkan battery anda ke sekitar level 10-15%, lalu charge penuh ke 100%. Hal ini dilakukan untuk maintain ketepatan battery meter. Ingat hal ini dilakukan hanya untuk ketepatan baterry meter level bukan untuk menjaga kerusakan baterai.
  3. JANGAN pakai baterai sampai kosong atau ke level 10-20% SETIAP hari! Hal tersebut akan merusak baterai anda. Selalu charge baterai anda untuk menjaga dari kosong, walaupun 10-20 menit charge.
Lebih Baik Charge dalam keadaan OFF atau Power On?
  • Charging untuk Gadget  anda tidak harus power off namun akan lebih cepat terisi baterai jika di off dan akan pasti terisi penuh jika dalam keadaan OFF. Kalau dalam keadaan ON dan banyak data masuk ke Gadget anda pada saat charging, bisa jadi tidak akan/susah terisi penuh, karena daya terpakai setiap ada data masuk. Kalau anda memang perlu menggunakan Gadget anda, charging dengan power on tidak bermasalah.
Tips Cara Jaga Baterai Lainnya
  1. Gunakan baterai di suhu ruangan standard yaitu -20C s/d +35C dengan humidity 65±20%
  2. Selama pemakain baterai, jauhkan baterai anda dari suhu tinggi / panas dan voltage tinggi.
  3. Menjaga baterai dari jatuh, lempar atau impact besar/tinggi
  4. Gunakan baterai dengan charger yang cocok dan jangan charge lebih dari 24jam (walaupun charger akan otomatis berhenti charge pada saat full charge).
  5. Jika anda tidak menggunakan baterai Li-ion anda, simpan baterai tersebut dengan charging power di sekitar 50% dan simpan di suhu ruangan standard dan kering. Suhu panas seperti di dalam mobil atau ruangan panas akan menghabiskan baterai level secara cepat dan charging di area suhu panas akan menggunakan waktu yang lebih lama.
  6. Gunakan material non-conductive yang bukan besi/metal untuk bungkus baterai untuk menjaga dari kerusakan.
Informasi Ketahanan Baterai
  1. Secara standard, baterai Li-ion punya kemampuan 300-500 kali charges, (sekitar tahan 2 tahun) tentunya juga sesuai pemakain anda. Baterai Li-ion biasanya tetap memberikan power yang tepat dan kemampuannya yang sama, jika sudah dekat kadaluarsa, akan tiba tiba berhenti daripada pelan pelan rusak.
  2. Jika anda banyak menggunakan Gadget anda. Beli extra baterai sebagai cadangan biar baterai anda tidak sempat selalu kosong dan merusak baterai.
Sedikit penjelasan buat teman-teman sekalian tentang baterai. Semoga Informasi Tips Untuk Baterai Gadget bisa bermanfaat.

Minggu, 30 September 2012

Apakah PT INTI Bisa Menjadi Perusahaan Yang Besar

Apakah PT INTI bisa naik kelas menjadi perusahaan yang besar? Jawabnnya tergantung dari kebiasaan berfikir kita. Bagi yang biasa berfikir negatif dan pesimis, jawabannya akan “tidak bisa” dan “tidak mungkin bisa”. Setelah mengetahui dan melihat kondisi perusahaan kita akan muncul banyak pandangan pesimistis yang mencerminkan rasa rendah diri.

“Perusahaan seperti ini bisa maju? Perusahaan seperti ini masih bisa menjadi perusahaan yang besar? Masih bisa disebut aset negara? Perusahaan seperti ini mana mungkin bisa maju? Dengan kondisi seperti ini perusahaan kita ini tidak akan bisa menjadi perusahaan yang besar. Bagaimana caranya? Apa yang mau diandalkan? Akh.. biarkan sajalah yang penting masih jalan.” begini mungkin pertanyaan dibenak bagi orang-orang yang berfikiran pesimis terhadap perusahaan ini.

Tapi bagi orang yang memiliki kebiasaan berfikir yang positif dan optimis, mungkin bisa lain sama sekali dan menurut saya pasti bertolak belakang. PT INTI pasti bisa benar-benar naik kelas, naik kelas menjadi perusahaan yang maju, naik kelas dalam kategori perusahaan besar, menjadi aset negara yang sangat diperhitungkan, PT INTI jaya INDONESIA sejahtera.

Dan menurut saya semua itu pasti bisa kita capai! Tahap menjadi perusahaan besar itu bisa kita capai dalam waktu dekat! Bagaimana caranya? Bagaimana hitung-hitungannya? Apa dasarnya? Bukankah sebuah perusahaan besar harus memiliki modal? Sebenarnya untuk bisa menjadi naik kelas kita (PT INTI) memiliki modal dan itu sudah tersedia dalam jumlah yang cukup. Salah satunya adalah sekarang ini kita memiliki orang-orang pintar diperusahaan kita ini. Dimulai dari orang-orang pintar yang berpengalaman sampai orang-orang berpendidikan yang siap dicetak menjadi orang pintar yang akan menjadi generasi penerus diperusahaan ini. Dari sekitar 700 orang karyawan yang ada diperusahaan ini setidaknya bisa kita ambil 70% dari mereka orang-orang pintar dan yang berpengalaman, itu lebih dari cukup untuk memajukan PT INTI.

Proyek, kita sudah memiliki proyek-proyek jangka panjang yang siap untuk lebih diberdayakan, dikerjakan lebih profesional. Menurut saya dengan memiliki proyek-proyek jangka panjang, bukan berarti kita berhenti untuk proyek-proyek besar lainnya. Dan juga proyek-proyek kecil yang siap untuk diberdayakan. Nama besar, perusahaan kita ini tentunya sudah memiliki nama besar di berbagai operator yang pernah menjadi pelanggan kita dan diperusahaan-perusahaan besar dinegeri ini, ini merupakan salah satu modal kita yang bisa kita manfaatkan untuk lebih mencari pelanggan baru yang bisa lebih percaya, sementara kita sudah memiliki pelanggan yang loyal.

Sekali lagi saya katakan, Kita pasti bisa!!! Sebuah perusahaan yang “katanya” biasa-biasa saja bisa tiba-tiba menjadi perusahaan yang besar. Apalagi lah untuk perusahaan yang sudah pernah besar seperti kita. Yes we can!!! Kenapa tidak kita memulai dari pola pikir kita dulu? Kita yakinkan dulu dari pikiran kita bahwa kita adalah perusahaan yang sangat besar, perusahaan yang punya aset yang sangat besar, dan segala macam pikiran positif lainnya kita harus tanam didalam piukiran kita. Kita mulai dari: “Kita harus Optimis!!!”.

Seperti kata Pak Irfan melalui forkom beliau, bahwa kita sudah naik kelas, ibarat klub bola permainan kita sudah sejajar dengan BUMN besar lainnya. Setidaknya dari situ kita sudah bisa percaya bahwa kita sudah mulai bangkit. Kita sudah mulai menunjukkan kemajuan kearah yang positif, tapi bukan berarti karena kita sudah mulai disejajarkan dengan mereka, kita bisa berhenti sampai disini. TIDAK..!!! kita harus terus maju, terus bangkit menjadi next leader BUMN terkemuka di INDONESIA ini, dan menjadi perusahaan skala internasional.

PT INTI JAYA, INDONESIA SEJAHTERA..!!!

Jumat, 28 September 2012

Merubah Budaya BUMN Harus Komitmen Menjalankan GCG

Tujuan awal mendirikan perusahaan negara dan nasionalisasi menurut Bung Karno adalah untuk mendorong perekonomian nasional. Sederatan perusahaan Belanda dinasionalisasi seperti PT Kereta Api atau Djawatan Kereta Api (UU 71/1957), PT Pos (Djawatan Pos), PT Garuda Indonesia Airways, Perusahaan Negara (PN) Telekomunikasi dan lain lain Secara historis, Indonesia mewarisi sekitar 600 perusahaan asing hasil dari sitaan atau nasionalisasi kepemilikan dari penjajah (belanda) mencakup perusahaan di bidang pertambangan, bisnis perdagangan, perbankan, asuransi, komunikasi dan konstruksi. Bung Karno kemudian mengambil kebijakan dengan melibatkan para militer demi kepentingan loyalitas militer pada pemerintah Orde lama dalam mengelola BUMN, restrukturisasi pertama pada BUMN dilakukan dan menghasilkan 233 perusahaan BUMN. Dalam perjalanannya, BUMN beroperasi dengan dukungan fasilitas penuh baik dari aspek modal, perlakuan maupun sektoral. Masyarakat sangat berharap mendapatkan manfaat dari keberadaan BUMN. Namun akibat dominannya peran negara menjadikan BUMN sebagai kepanjangan tangan penguasa yang sarat kepentingan politik. Sehingga menjadikan salah satu sebab mengapa BUMN tidak bisa berkembang sebagaimana layaknya badan usaha.

Menengok Cultur BUMN

Sebenarnya keberadaan BUMN sangat diuntungkan, karena memiliki kekuatan yang lebih baik dibandingkan perusahaan swasta pada umumnya. Jumlah dan nilai asset BUMN sangat besar, posisi dan bidang usaha cukup strategis, akses ke kekuasaan lebih besar, akses ke sumber pendanaan, khususnya bank pemerintah lebih besar dan perlakuan birokrasi berbeda dengan swasta. Banyak pihak berpendapat bahwa suasana kerja di BUMN hangat dan kekeluargaan. Perilaku orangnya santun dan hormat satu sama lain, khususnya kepada para senior. Budaya unggah-ungguh sangat kental. Protokoler ketat dan ada perlakuan yang sangat khusus bagi pemimpin. Memiliki kebiasaan cenderung menghindari konflik yang dipicu oleh budaya senioritas yang kental. Berbeda dengan di swasta yaitu lebih terbiasa berbeda pendapat dan berani berargumen. Umumnya loyalitas yang terjadi lebih kepada atasan dibanding kepada perusahaan. Permasalahannya adalah apabila kinerja dan kredibilitas atasannya bagus, mungkin tidak jadi persoalan. Namun jika sebaliknya tentu menjadi persoalan tersendiri.

Anggapan masyarakat yang melekat selama ini, adalah budaya kerja di BUMN dipandang tidak kondusif, bersifat menunggu, tidak kreatif, tidak berpikir global, sangat birokratis, sangat sentralistis, dan struktur disusun tidak berdasarkan kompetensi. Proses bisnis BUMN kebanyakan belum teratur dan tidak teradministrasikan dengan baik. Melihat begitu kuat stigma buruk di BUMN maka BUMN harus didorong berubah. Sehingga diperlukan strategi yang tepat agar ketika melakukan perubahan tidak menimbulkan guncangan pada BUMN itu sendiri.

BUMN harus tetap dipertahankan sebagai agent of development, namun demikian BUMN juga dituntut dapat mampu berdiri sendiri sehingga pertumbuhan dan perkembangan BUMN dapat seperti organisasi profit yang mampu menyesuaikan diri dengan mekanisme pasar. Budaya kerja yang kurang baik di BUMN harus segera dibenahi. Agar bisa sukses dalam melakukan perubahan, pemimpin BUMN butuh condition of success. Dalam hal ini harus ada dukungan dari pemegang saham dan karyawan yang ada terutama orang-orang yang siap menjadi agen perubahan.

Dalam pembenahan BUMN, yang terpenting adalah, bagaimana corporate governance dapat dilaksanakan dengan baik dan benar sehingga mampu merubah budaya kurang baik menjadi sebaliknya. Harus jelas akan dibawa kemana arah BUMN sehingga diperlukan rencana setrategic yang matang. Pelaksanaan manajemen risiko yang baik serta didukung proses control yang transparan.

Di BUMN biasanya penyampaian pendapat masih sangat struktural dan birokratis. Oleh karena itu pemimpin BUMN harus bisa dan bersedia menjadi role model. Harus bisa mengajak bawahan untuk open discussion atau open communication. Komunikasi harus dibuat mengalir, tidak kaku dan tidak terkesan feodal. Perlu challenge karyawan untuk berani mengungkapkan pemikirannya, jangan hanya ABS “asal bapak senang”. Para shareholder harus independen dalam memutuskan siapa yang berhak memimpin BUMN. Shareholder diharapkan dapat menempatkan orang di tempat yang tepat. Kalau memang CEO dinilai tidak layak karena prestasi Perusahaan menurun, shareholder bisa menggantinya tanpa ada rasa takut dari kelompok yang berpengaruh.

Sebaiknya pemimpin BUMN hanya bertanggung jawab pada shareholder. pemimpin BUMN hanya bisa dipanggil pada saat rapat umum pemegang saham. Tidak ada lagi kepentingan DPR memanggil sebagai pimpinan BUMN yang notabene sebagai profesional atau eksekutif dalam BUMN. DPR cukup memanggil pemegang sahamnya saja. Paling tidak, kehadiran pemimpin BUMN hanya sebagai pendukung.

Dalam hal kepintaran dan kecerdasan sebenarnya SDM BUMN tidak kalah dari orang-orang swasta. Namun yang terpenting adalah bagaimana membuka cara berpikir mereka agar menonjol jiwa entrepreneurship, profesionalisme, dan menjunjung tinggi budaya kerja good corporate governance.

Bukan eranya surat-surat sakti beredar dan merecoki proses kerja BUMN. Terlalu banyak kepentingan yang ingin ikut bermain di dalamnya. Apalagi di BUMN besar dengan potensi aset luar biasa, sangat rentan, sebab banyak pihak yang merasa berkepentingan.

Yang terpenting adalah pembenahan di BUMN harus dilandasi semangat yang sama untuk berubah. Komitmen dan konsistensi melaksanakan GCG tidak hanya sekedar formalitas dan kepatuhan namun dapat dilaksanakan atas dasar kebutuhan untuk memperbaiki diri. Perlu diberikan kesempatan creating and adding value plus getting profit kepada BUMN, sehingga visi dan misi BUMN dapat dicapai secara kongkrit. Harapannya adalah sebagai agent pembangunan, BUMN mampu bekerja secara efisien, efektif, profesional, mampu berdiri sendiri dan dapat bersaing dalam percaturan bisnis internasional. Keberadaan BUMN tidak boleh menggerogoti keuangan negara namun justru bermanfaat bagi masyarakat dan perekonomian bangsa.






Sumber